Melampaui Mimpi
Judul Buku : Melampaui Mimpi
Penulis : Ginan Koesmayadi dan Sundea
Penulis : Ginan Koesmayadi dan Sundea
Editor : Alit
Tisna Palupi
Desain
Cover : Panca
DZ. & Levina Lesmana
Penerbit :
Gagas Media, Cetakan pertama, 2014
Hal/Ukuran :
xii + 328 hlm; 14 x 21 cm
Matahari, angin, awan,
hujan, tanah, air bergerak seperti langkah dan pertumbuhan manusia. Mereka
meraup dan ramah pada setiap manusia yang memelihara jantungnya yang
terus bergerak dalam mencapai impian-impiannya. Masing-masing,
menopang setiap lompatan langkah kecil melalui cara yang unik. Kadang,
alam berlari, berjalan beriringan dan menarik kita melebihi harapan kita,
menciptakan sebuah peradaban dan menyatu dengan detak jatung manusia-manusia
yang merindukan pembaruan.
![]() |
Foto: Imatakubesar |
Melampaui mimpi adalah
sebuah buku memori inspiratif perjalanan Ginan Kusmayadi. Pengalaman
mahalnya ditangkap oleh Sundea menjadi cerita perjalanan hidup yang sangat
berarti. Setangkup buku yang penuh energi dan bergizi. Ribuan
kejadian yang tidak sederhana dilewati saat menjadi pecandu narkoba hingga di
vonis terkena HIV AIDS dalam tubuhnya.
Diceritakan proses awal menggunakan narkoba dan bagaimana kehidupan
pertemanan, kuliah, hubungan dengan keluarga tak terkendali dan kacau. Lalu, bagaimana ia bisa bangkit dari
kecanduannya dan menjalani kehidupan hingga bisa bermanfaat di lingkungannya
bahkan berprestasi di tataran dunia.
Perjalanan yang inspiratif
dan sangat memotivasi siapapun yang ingin memahami kehidupan, kita bisa mengambil
energi berdamai dengan proses dan berani memaafkan diri sendiri. Setiap
kegelisahan dan kesalahan dalam memilih langkah akan memberi pelajaran yang
hebat disaat kita mau dan berani melakukan perbaikan. Karena setiap
perjalanan seolah memberi tanda, kekuatan, amunisi untuk melewati setiap
perjalanan-perjalanan berikutnya.
“Di titik terendah, seseorang tak punya pilihan lain kecuali berjuang
untuk menanjak ke atas. Memperbaiki hidupnya sendiri.” (Hal. 90)
Seolah semua ini klise dan
teoritis bahwa kita bisa bangkit dari masalah dan memperbaiki diri, memang tidaklah
mudah. Perlu dukungan keluarga,
teman-teman, lingkungan yang memotivasi dan memberi kesempatan untuk melakukan
perubahan ini. Meskipun pada akhirnya,
kita sendiri yang mau mengubah hidup, menjadi bermanfaat disaat masih ada
kesempatan hidup.
Ginan mengenal obat-obatan
ketika masih usia dini pada umur 13 tahun hingga menjadi kecanduan, ini
berlangsung sampai awal-awal kuliah. Ia
sangat hafal dimana harus membeli obat-obatan dan di wc umum mana bisa
patau. Lingkungan membuatnya mengenal dan
tenggelam pada benda tersebut, hingga beragam obat ia konsumsi termasuk memakai
suntik yang ia temukan di wc umum bekas pemakai lain. Bisa dipastikan dari sinilah, tubuhnya
terjangkit HIV AIDS. Oleh karena itu, Rumah Cemara kerap
mengkampanyekan “stop stigma bagi ODHA dan pecandu”, karena mereka bukan sampah
masyarakat tapi korban narkoba, korban peradaban, perlu di raih untuk berubah
dan didukung untuk melakukan perbaikan.
Keluarganya sudah melakukan
berbagai upaya sampai akhirnya ayahnya tetap mencoba membawa Ginan berobat ke
tempat rehabilitasi di Rumah Pengasih Malaysia.
Kali ini Ginan lebih bertekad ingin diberi jalan untuk sembuh dari
kecanduannya. Semua tahapan dilakukan
sebagai proses pembenahan diri dan berjuang melepaskan dari segala hal yang tidak
enak saat harus terbebas dari narkoba. Untuk mengobati mental dan
kehidupan, ia sadari bahwa HIV AIDS bukan masalahnya tapi kecanduan itu yang
menjadi akar persoalan.
“Saya akan segera pulih! HIV hanya sekedar virus. Sesungguhnya,
kecanduan itu sendirilah penyakitnya.” (Hal. 96)
Yang terjadi pada Ginan
Kusmayadi, alam menyelamatkan dan mendukungnya untuk sebuah kehidupan kedua
bahkan melahirkan dunia baru. Dari sinilah kehidupan seolah berlari
kencang, saat hatinya sudah rapi dan tak terbatas lagi oleh kekuatan
narkoba. Ia bersama dukungan teman-temannya tergerak untuk
membanguan ruang rehabilitasi bagi pecandu, ketergantungan pada minuman keras,
dan HIV AIDS. Karena ia tahu, pengalaman hidup menggunakan menggunakan
narkoba itu tidak enak. Seringkali,
pecandu narkoba di masukan ke dalam penjara.
Padahal itu bukan solusi, malah di dalam penjara ini gudangnya
narkoba. Orang yang kecanduan akan
menjadi semakin pintar dan ahli menggunakan bahkan bisa menjadi Bandar.
Lahirlah Rumah Cemara,
sebuah tempat melakukan terapi bagi pecandu dan menggalang informasi dan
bantuan bagi ODHA. Kepercayaan teman
dari berbagai arah membuatnya mantap melakukan beragam kegiatan di Rumah Cemara.
Pertemuan dengan beragam orang, dukungan
dan pertemanan menyokong hati Ginan, melebarkan setiap langkah-langkah
beraninya yang dilahirkan oleh dirinya sendiri bukan pengaruh putau dan
obat-obatan. Siapa yang menyangka mimpi untuk membantu orang-orang
yang ketergantungan menjadi melebarkan kesempatan yang lebih besar, yaitu berprestasi
di dunia olah raga kelas dunia, ajang Homeless World Cup dan semakin mengenalkan
bangsa di luar negeri.
“Mamprang!” Satu
kata unik yang dapat membuat langkahnya menjadi lugas, melawan kegelisahan
Ginan saat harus melakukan sebuah rencana. Mamprang ini kurang lebih
artinya harus berani menunjukan kemampuan yang kamu miliki. Melalui
perjalanan hidup Ginan, kita seolah diajak untuk mengenal dan membenahi diri,
lalu memaksimalkan potensi dan kesempatan yang kita miliki. Kekuatan
“mamprang” ini memberi kekuatan pada dirinya untuk melakukan rencana, berperang
melawan ketakutan diri sendiri dan berhadapan dengan banyak orang.
Melalui tuturan buku ini,
pembaca diajak untuk memahami sebuah proses hidup. Setiap orang
dilahirkan mempunyai kesempatan untuk berubah, memperbaiki diri bahkan
bermanfaat bagi lingkungan. Pengalaman sangat mahal ini enak dibaca
dan mudah dipahami melalui rangkaian gaya bahasa Sundea yang imajinatif. Mata saya semakin memahami, terbuka dan
meluaskan pandangan dunia. Semua orang
pasti bisa melewati semua masalah dirinya ketika harus berhadapan dengan orang
lain, memaafkan diri sendiri dan membuka diri pada lingkungan.
“Expect noting, do something, blame no one.” Ginan
berguman pada dirinya sendiri saat harus berhadapan dengan kehidupan. Kehidupan
nyata.
@imatakubesar
22 Februari 2015
#baca1minggu1buku #mingguke6
Tak mudah bagi seorang pecandu utk lepas dr narkoba, karena akar masalahnya memang kecanduan itu sendiri.
ReplyDeleteIyah, betul, Mba. Kecanduan merusak aegala unsur hidup termasuk mematikan perasaan. Jangankan yg ga kecanduan, melawan ketakutan dan nafsu diri untuk berani bangkit aja susahnya minta ampun, yah.
DeleteIngin baca :)
ReplyDeleteRekomended banget Mba buat baca ini. Bagus juga buat hadiah anak remaja :)
DeleteMasih baca reviewnya saja seperti membaca bukunya.
ReplyDeleteMenginspirasi :)
Maksih, ya, mudah-mudahan bisa ngebantu Mba pas milih-milih buku.
Delete