Badak Sunda dan Harimau Sunda

Judul Buku          : Badak Sunda dan Harimau Sunda: Kegagalan Pelajaran Bahasa
  (Catatan dan Pandangan Ajip Rosidi)
Penulis                 : Ajip Rosidi
Penerbit              : PT Dunia Pustaka Jaya, Tahun 2011
Halaman              : 211 hal
Harga                    :

Untuk para penulis, editor, profesional literer, buku ini bagus dan menarik untuk dibaca, karena profesi ini bagian dari pilar budaya.  Begitupun para desain grafis, pembuat iklan, pembuat film dan jajarannya, sepertinya buku ini menjadi wajib dibaca agar hasil karyanya bisa memperkokoh karakter bangsa. Dengan begitu, dari setiap perjalanan berkaryanya, ada bentuk kesadaran bahwa setiap simbol yang diangkat memberi sebuah pesan dan memperkokoh estafet budaya.  Begitupun para ibu dan bapak yang mempunyai anak-anak, karena melalui orang tualah para anak memahami bangsanya.  Karena isi tulisan Pak Ajip Rosidi sangat dalam dan mengakar.  Kita semakin dibukakan setiap kata, makna, alam, memahami ditanah mana kita berpijak. 


Buku Badak Sunda dan Harimau Sunda,
Penulis: Ajip Rosidi (Foto: Ima)



Buat yang suka membaca sk. Pikiran Rakyat setiap hari Saptu dalam kolom “Stilistika” sk. Pikiran Rakyat Bandung, mungkin sudah tidak asing lagi dengan pandangan-pandangan budaya Pak Ajip mengenai karakter bangsa ini dalam berbahasa.  Namun, dengan di bukukannya kumpulan tulisan tersebut, manfaatnya akan lebih abadi dan kita sebagai pembaca bisa kapanpun membuka kembali sebagai bentuk penyadaran.  Berisi 50 judul dan terbagi dalam 6 tema pandangan Pak Ajip Rosidi mengenai kondisi bahasa dan budaya bangsa kita yang kerap memprihatinkan dan surealis.  Beliau sering mencermati kondisi penggunaan kata yang rancu saat berdialog di kalangan pemerintahan bahkan kerancuan ini tak terkecuali di di wilayah media massa.  Padahal, media massa dan para tokoh kerap dijadikan tolak ukur pembenaran atas beragam situasi sosial termasuk dalam hal ini latah dalam penulisan dan penggunaan kata.

Pak Ajip Rosidi mengkritisi hal ini di bagian kedua tentang “Kegagalan Pelajaran Bahasa” pada judul “Presiden Pidato Bahasa Inggiris”, dalam hal ini beliau mengkritisi (mantan) presiden kita Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono yang kerap menyelipkan bahasa asing disetiap dialog dan pidatonya. Kebanyakan dari kita termasuk orang-orang yang tidak percaya diri dengan bangsa dan budayanya.  Kalau diperhatikan, seringkali menemukan beberapa orang,  ataupun bahkan di media televisi dan radio selalu menyelipkan pemberitaan dilengkapi dengan bahasa Inggris.  Seolah untuk meyakinkan orang-orang dengan menggunakan bahasa asing lebih dianggap berilmu dan dapat dipercaya kemampuannya.  


Lalu diperkuat pula oleh dunia pendidikan yang mewajibkan para siswa sekolah dasar untuk mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.  Kemudian bermunculan sekolah berstandar internasional dimana anak-anak kita dibiasakan berbahasa asing dengan harapan suatu saat bisa menjadi bibit unggul karena bisa berbahasa asing lebih dini.  Dengan dalih mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi pasar global.  Dampak dari “pemaksaan” ini membuat anak-anak kita melupakan dan merasa asing dengan bahasa ibu dan secara langsung tidak menghargai budaya sendiri karena bahasa ibu jadi berkesan "udik".

Saya bertanya-tanya, kenapa judul buku ini mengambil nama simbol binatang yaitu badak sunda dan harimau sunda?  Dalam buku ini, ada tulisan yang membahas cukup panjang tentang hilangnya nama Badak Sunda menjadi Badak Jawa dan Harimau Sunda menjadi Harimau Jawa.  Padahal bahasa latinnya dari Harimau Sunda adalah Panthera tigris Sondaica dan lebih jelas lagi badak bercula satu hanya terdapat di Ujung kulon dengan nama latin Rhinoceros Sondaica artinya Badak Sunda.  Rupanya kondisi ini menjadi simbol hilangnya etika penggunaan bahasa ibu dengan baik.  Efek kurangnya pemeliharaan ini menyebabkan budaya bangsa yang kian rapuh.

@imatakubesar

Serpong, 7 Februari 2015
#Baca1Buku1Minggu #MingguKe5

Comments

  1. Langganan koran PR tapi bacanya sakainget hehehhe... duh, ini buku yg belum khatam masih banyak, teh. Kayaknya kalau bisa seminggu tamat 2 buku ya, biar tumpukan PRnya bisa cepet surut. Btw, ini buku ga susah ngunyahnya, kan? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Engga, justru rangu tapi seumeug. Karena bahasannya per satu judul ,per satu kasus, jadi bisa baca satu judul beres dicicil. Buku mah pasti muncul terus ada aja yg baru, leukeunan aja, buku pasti bakal ada lagi.

      Delete
  2. benar sekali, bahasa ibu berpengaruh membentuk karakter. Saya ingat, punya teman yang selalu membiasakan berbicara bahasa ibu di rumah mereka.
    Sampai anak-anaknya menikah, hormat, dan santun mereka terhadap orang yang lebih tua tidak luntur.
    Sebagian masyarakat kita mengalami gagap budaya, eksesnya sampai pada karakter bangsa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, menarik, bu. Mudah2an Ima bisa konsisten membiasakan anak2 mengenal bahasa Ibu.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts